CERITA MASA SEKOLAH SMA



JEJAK LANGKAH YANG TERLUKA

Masa SMA merupakan masa yang paling indah bagi sebagian besar orang. Namun tidak demikian yang dialami oleh gadis bernama Lela. Baginya masa remaja tidak seindah dan senyaman yang ia bayangkan selama ini. Patah hati, yups benar banget kata yang selalu terngiang dalam otaknya. Pasalnya semenjak duduk dibangku SMA Lela telah berulang kali merasakan getirnya cinta. Baginya menjalin hubungan dengan seorang cowo adalah salah satu pembelajaran untuk menuju kedewasaan. Meskipun pada prakteknya dia sering kali sakit hati. Pacaran, tentu saja bukan hal yang asing bagi anak seusianya.
Di era yang serba canggih, seakan akan pacaran bukan menjadi hal tabu bagi anak SMA. Bahkan yang sangat memperihatinkan, mereka seperti kehilangan rasa malu. Mungkin anggapan mereka pacar adalah segala galanya. Namun hal ini tidak terjadi pada Lela, baginya pacar hanya ia jadikan motivasi dalam belajar, agar prestasinya terus meningkat. Sebenarnya Lela sadar, bahwa pacar tidak selalu menjadi penyemangat belajar. Ada kalanya pacar membuat pola belajar menurun yang berdampak pada nilai harian. Hal tersebut sangat nampak pada sikapnya ketika menghadapi suatu permasalahan dengan pacarnya. Leli sering kali gelisah, galau, merana.
 Jangankan belajar, terkadang makan pun ia malas. Ketika menghadapi suatu permasalahan biasanya ia curhat pada teman dekat atau keluarganya. Lela bukan tipe cewe yang suka jalan jalan dan berduaan dengan pacarnya, dia lebih suka menghabiskan waktu libur untuk beristirahat dan membantu orang tua dirumah. Kadang hal ini membuat cowonya sebal, karena yang ia inginkan kencan berdua. Namun disinilah komitmen mulai mereka terapkan, saling pengertian, memaafkan, dan setia. Ketika menjelang ujian nasional secara otomatis waktu Lela banyak tersita untuk kegiatan belajar. Sering kali Lela kecapean karena tiap hari pulang sore dan hampir tak ada waktu komunikasi dengan pacarnya. Beruntung ia punya pacar pengertian yang selalu mensuport perjuangan yang sedang ia lewati.
Perjuangan dan jerih payah yang ia lalui selama ini menghasilkan hasil manis, nilai UN dan US cukup memuaskan. Perjuangan Lela untuk menggapai cita cita tak berhenti disitu. Masih banyak hal yang harus di persiapkan, untuk masuk ke perguruan tinggi yang ia inginkan. Lela sangat bersyukur mempunyai cowo yang sangat perhatian, yang senantiasa membantu  menyelesaikan tantangan yang ia hadapi . Hal yang gak kalah buat ia bahagia yaitu pada saat hari Raya Idul Fitri pacarnya datang kerumah untuk silaturrahmi. Ternyata respon orang-orang dirumahnya sangat baik, seperti ada isyarat kalau mereka setuju dengan hubungan yang sedang Lela jalani.
Setelah melewati berbagai proses akhirnya Lela diterima disalah satu perguruan tinggi negeri. Hal tersebut membuat mereka harus terpisah, jarak dan waktu kian berarti. Apalagi sebelum Lela berangkat mereka telah bertunangan terlebih dahulu, agar hubungan lebih jelas arahnya. Hanya doa dan kesetiaan yang membuat mereka optimis. Kegiatan ospek dikampus sangat melelahkan baginya, namun ia bahagia dan merasa asyik bertemu teman baru dari berbagai daerah penjuru tanah air.
Hari semakin sore, tiba waktunya Lela pulang ke kost, ditengah perjalanan tiba tiba handpone dalam tas berbunyi. Setelah menerima panggilan dari kakaknya, Lela seperti orang kebingungan, muka menjadi pucat pasi. Musibah telah menimpanya, kebahagiaan yang sedang ia rasakan lenyap seketika mendengar berita kalau cowo yang ia sayangi, cowo yang selama ini menjadi semangatnya belajar, terkena penyakit yang mengganggu sarafnya, sehingga nampak seperti orang stress yang berkeliaran di gang perumahan. Lela sangat terkejut mendengar hal itu, selama menjalin hubungan ia gak pernah merasakan kejanggalan  dengan sikap sang cowo, dan gak ada sedikitpun indikasi gangguan mental. Sesampainya di kost air mata membanjiri pipi dan sajadah tempat Lela shalat.
Semua ini seakan akan hanya sebuah mimpi. Hanya pasrah dan tawakal yang ia lakukan, ia bingung karena penyakit yang diderita cowonya adalah garis keturunan sehingga untuk sembuh total itu kecil kemungkinannya. Meski ia baru awal masuk kuliah namun ia sudah terfikir dampak yang kemungkinan dapat timbul andai kata melanjutkan hubungannya sampai pelaminan kelak. Pertama, misalkan mereka dikaruniai anak danpenyakit itu diwariskan pada anaknya. Kedua jika anaknya telah besar dan melihat penyakit ayahnya kambuh tentu akan membuat anak dan keluarganya sedih. Tentu saja Lela tidak menginginkan hal itu terjadi dalam rumah tangganya. Ia sangat bingung harus mengambil langkah apa, karena pada dasarnya ia sangat sayang pada cowo tersebut.
Lela memutuskan untuk pulang dan merundingkan permasalahan ini dengan keluarganya. Ini bukan keputusan yang mudah, masalahnya hubungan yang mereka jalani sudah diketahui dan disetujui oleh kedua belah pihak. Lela dan keluarga memutuskan untuk mengakhiri  hubungan ini secara baik baik dan menggagalkan rencana pernikahan. Sirna sudah cita cita indah yang selama ini telah terbayang dalam otaknya. Cincin tunangan yang telah Lela terima pun ia kembalikan pada keluarga sang cowo. Lela sangat takut tindakan yang ia ambil sangat menyinggung hati dan akhirnya membuat keluarga sang cowo benci atau dendam. Namun semua itu telah menjadi sebuah keputusan. Gak ada sebuah keputusan tanpa resiko, berhari hari Lela larut dalam kesedihan. Banyak menasehati agar ia tak putus harapan dan ikhlas menerima ujian yang Allah berikan. Lebih baik mengetahui keadaan yang sebenarnya sekarang, dari pada setelah pernikahan kamu berlangsung, pasti hal itu akan sangat menyedihkan, ujar mama.
Hari demi hari Lela lewati penuh dengan kebimbangan, namun pada suatu hari ia tersadar bahwa masa depannya masih panjang masih banyak hal yang harus ia capai . Berlarut larut dalam kesedihan bukanlah solusi. Lela bertekad untuk move on dan membuka lembaran baru hidupnya. Semangat baru dan tekad yang kuat menemani setiap langkah Lela. Kebahagiaan akan datang pada saat yang tepat, setiap musibah pasti akan mendatangkan hikmah, yang terpenting sabar dan ikhlas menjalaninya.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment